Cerpen


“Ayah Sayang Aku”
Karya: Fauziah Nur Azmi
 “Pergi,,pergi kau dari sini!” seru wanita paruh baya bernama Lusi, pada seorang anak berusia 10 tahun. “Aku,,jijik melihatmu disini,,,jangan bermain di depan rumahku lagi.Apalagi menginjak rumahku,nanti air liur mu mengotori rumahku!”teriak Lusi itu dengan nada menyindir.
“ma…ma…ma…ma…af!”seru anak kecil dengan suara gemetar . Karena tak tahan mendengar ocehan si wanita paruh baya itu , anak itupun pergi berlari  ke rumahnya , rumahnya, an mendengar ocehan si wanita paruh baya, yang tepat bersebelahan dengan rumah wanita paruh baya yang memarahinya tadi.
Anton,,anak laki-laki berusia 10 tahun lah yang di marahi oleh tetangganya sendiri. Ia tinggal di lingkungan kumuh di ibukota Negara. Anton  adalah anak yang menderita gangguan mental,semenjak di tinggal pergi oleh sang ibu. Anton mulai bertindak aneh dan mengeluarkan air liur berlebihan dari mulutnya tepat 1 tahun setelah ibunya pergi. Ia tinggal dengan ayahnya, Saiful namanya. Saiful bersikap kasar pada anton dan selalu menyuruh anton untuk mengikuti segala kemauannya. Semenjak istrinya pergi meninggalkannya tanpa pamit,saiful dan anton mengalami perubahan baik mental maupun sifat.
“dasar anak bodoh,darimana saja kau?bukannya memasak air  untuk aku mandi,kau malah sibuk bermain !”teriak saiful,yang memarahi anton. Anton tertegun di hadapan ayahnya,ia bingung mau berbuat apa,yang ada dipikirkan anton saat ini ialah ratusan semut yang berbaris dan berjalan tepat di bawah kakinya. “Kau,anak pembawa sial bukannya lekas ke dapur malah diam seperti patung! “ujar saiful. ‘plak’ tamparan keras jatuh di pipi anton,anton terjatuh hingga kakinya berdarah terkena ujung meja. Siapa lagi yang menampar anton kalau bukan saiful, ia geram karena anton menghiraukan ucapannya. “hiks…hiks…hiks…kenapa kau menamparku?”.anton menangis sambil bertanya kenapa ayahnya  menamparnya. “Dasar idiot,kemana saja pikiranmu kalau orang mengjakmu bicara?cepat ke dapur masakan air hangat untukku mandi!”sambil mengomel saiful menyeret anton untuk pergi ke dapur. Anton,menyalakan kayu bakar lalu menimba air dan memasakan air untuk ayahnya. Saat ia memasak air,ia bernyanyi nyanyian ia saat bersama ibunya dulu. “andai aku bisa,memetik bintang akan ku petik untukmu wahai adinda….” lagu yang terus anton ulangi dengan lirik yang sama. “Berisik,idiot!”teriak saiful yang melemparkan gelas  seng  yang tepat mengenai  kepala anton. “buatkan aku kopi!”seru saiful sambil pergi meninggalkan anton. Entah,anton menahan sakit atau tidak merasakan sakit apapun saat  ayahnya melemparkan gelas padanya. Ia malah tersenyum dan menyanyi kembali. Di taruhnya secangkir kopi di meja. Lalu anton kembali menyiapkan air untuk ayahnya mandi. “Anton,sudah belum masak airnya?aku ingin mandi!”teriak saiful dari dalam kamarnya. “su…su…su…sudah!”ujar anton. “cuci pakaian ini dan lap lantai rumah,air liurmu berceceran dimana – mana!dasar kau anak menjijikan”ucap saiful sambil melemparkan baju kotor ke muka anton. “y..ya!”jawab anton.Ia mulai dengan mencuci baju lalu mengepel lantai.Di setiap hal yang ia kerjakan ia selalu menyanyikan lagu dengan lirik yang sama pula berulang – ulang kali.
Malam itu,seperti malam biasanya anton tidur dengan beralaskan tikar robek di dapur .Ya,karena di rumahnya hanya ada satu kasur,yang digunakan saiful untuk tidur. Saiful tidak mau berbagi dengan anaknya sendiri,karena ia jijik pada air liur anton. Anton,bernyanyi dan tertawa sendiri,sambil memeluk kedua lututnya karena kedinginan. Ia memperhatikan 2 cicak di dinding rumahnya,tak terasa air mata membasahi wajahnya yang kusam. Anton pun bangun dan menarik-narik benang tikarnya sebagai pengusir keresahannya. Saat itu Anton  merasa sangat marah dan sedih.Lalu Anton merasa ada seseorang yang membuatnya tenang,anton pun tertidur .
Ibu!aku mau permen itu!
Jangan anton,nanti gigimu berlubang!ayo ibu nyanyikan lagu untukmu saja!dengarkan ibu ya!andai aku bisa,memetik bintang akan ku petik untukmu wahai adinda……..”
Anton terbangun dari mimpinya,ia tersenyum lalu kembali tidur dengan ekspresi  wajah gembira.
Pagi harinya,setelah anton memasak air,mencuci pakaian dan membersihkan rumah, ia di panggil oleh ayahnya. “Anton,cari kerja sana!mengemis kek,jualan atu apa lah. Aku sudah tak punya uang dan tak sanggup kerja,pokoknya siang ini harus sudah ada makanan di meja,kalau tidak kubunuh kau! Cepat,pergi cari kerja!”perintah saiful kepada anton. Anton mengerti apa yang ayahnya ucapkan,ia pun pergi dari rumahya.
Matahari memancarkan sinar pagi saat Anton menyusuri jalan rayaang penuh hiruk pikuk kendaraan ,melewati rumah kumuh, hingga akhirnya ia berhenti di pinggir jalan  karena lelah. Anton menangis, sambil menyanyikan lagu ibunya. “kenapa,kau menangis anakku?”seru laki-laki tua berpakaian lusuh yang menarik gerobak besar berisi sampah. “a….aku mau kerja!”jawab anton.
Laki-laki tua itu,duduk di samping anton sambil menghembuskan nafas panjang. “mengapa kau ingin kerja?”Tanya laki – laki itu. Namun,anton hanya menggelengkan kepala,mengisyaratkan  bahwa ia tak tau mengapa ia ingin kerja. “bajumu kotor sekali,dan badanmu juga bau seperti tidak mandi 5 tahun. Bapak saja yang kerja mengangkut sampah tidak sebau badan kau!”seru laki – laki itu dengan nada bercanda. Anton menoleh ke arah laki- laki itu,lalu anton tersenyum padanya. “nah,sekarang ayo ikut dengan bapak mencari barang bekas.Nanti bapak akan memberimu uang!”ajak laki-laki tua itu. “I…i…iya….te…te…terima kasih!” jawab anton. Dengan senang anton pun berjalan mengikuti laki-laki itu sambil membantu mendorong gerobak sampahnya. Dalam perjalananya anton bercanda dengan laki – laki itu.anton tertawa bahagia seakan ia adalah manusia normal. Dipungutnya sampah lalu ia masukan ke gerobak.
 Hari menjelang sore, laki – laki itu memberi uang pada anton dan memberinya 2 bungkus nasi. “besok,kamu diam di tempat kita bertemu tadi ya! Besok kita cari sampah sama-sama lagi!sekarang pulanglah,bapak berbeda arah denganmu jadi tidak bisa mengantarmu pulang . Bapak pulang dulu yah …dah…!!!”ujar laki – laki itu sambil melambaikan tangannya ke arah anton. Anton berlari ke rumahnya. Setelah sampai di rumahnya ‘plak’ tamparan keras melayang ke pipi anton dan anton pun terjatuh, uangnya berhamburan. “darimana saja kau,ini sudah sore!kau harusnya pulang siang untuk menyiapkan aku makanan!”teriak saiful. Anton memunguti uangnya,lalu memberikan makanan kepada saiful dan cepat-cepat pergi ke dapur. Saiful tertegun,namun ia malu mengakuinya bahwa anaknya berhasil mencari uang. Saiful diam- diam mengintip anton yang sedang menangis di dapur sambil bernyanyi lagu ibunya. Tak kuat menahan air mata,saiful menghampiri anton dan membasuh badan anton dengan lap hangat. Anton,tersenyum melihat kelakuan ayahnya. Setelah selesai,anton menciumi badanya yang kini harum,ia teringat sindiran laki-laki tua yang mengatainya tidak mandi 5 tahun. “Pergi tidur,besok kau harus mencari uang lagi!”ujar saiful kali ini dengan nada halus.
Di kamarnya saiful menangis sambil memeluk foto pernikahannya. Saiful teringat ketika,betapa bahagianya mereka menunggu kelahiran anaknya yang tidak lain adalah anton. Namun,saiful kembali marah begitu teringat isterinya meninggalkan dia dan anton tanpa pamit sedikitpun.
Adzan subuh membangunkan Anton yang terhanyut dalam bunga tidur yang indah, setelah bangun  anton cepat – cepat membereskan pekerjaan rumahnya. Dan ia berlari ke tempat ia bertemu laki – laki tua itu. Pagi itu awan mendung ,angin berhembus kencang namun anton tetap berlari. Setelah sampai di tempat kemarin ia bertemu lelaki tua itu, Anton duduk sendiri memandang kendaraan yang melewatinya. Cukup lama Anton menunggu dan akhirnya lelaki itu datang dengan senyum di wajahnya. “Kau rajin sekali! Harusnya tidak sepagi ini kau menungguku!”sapa laki – laki itu. Anton tersenyum menanggapi perkataan si lelaki tua. “Baiklah,ayo kita kerja!”ajak lelaki tua itu pada Anton.
Sementara di rumah. Saiful sibuk mencari Anton. Di carinya Anton di seluruh ruangan,namun saiful tak menemukannya. “Anakmu yang kummel itu sudah pergi!’ ucap Lusi. “Apa kau melihatnya pergi kemana?”Tanya saiful. “untuk apa aku peduli pada anakmu? Kau saja tidak peduli padanya! Mungkin dia kabur, gara- gara kau marahi kemarin. Seluruh orang mendengarnya dan mengetahuinya kalau Anton kau marahi kemarin!” sindir wanita itu. “Berisik kau wanita jalang!tau apa yang  kau tentang anakku? Dasar wanita murahan penggoda suami orang!” balas saiful. ‘plak’ saiful menampar wanita itu,karena kesal atas ucapannya. “Sialan kau saiful!awas kau,kau akan tau rasa karena berani menamparku!” ancam Lusi  sambil berjalan memasuki rumahnya. Saiful termenung di depan rumahnya, ia memikirkan perkataan Lusi. Saiful merasa bersalah pada Anton,namun ia putus asa karena ia berfikir Anton tak akan kembali lagi padanya.
Anton dan laki – laki tua itu pun bekerja untuk mengumpulkan sampah. Setelah berjam – jam anton dan laki – laki itu mencari sampah,akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat dan makan siang. Laki – laki tua itu membeli 3 bungkus nasi, 1 untuknya dan 2 untuk anton sebagai makan siang dan makan malam. Jatah makan malam anton inilah yang anton suguhkan untuk ayahnya.  “kenapa kau tidak sekolah?”Tanya laki – laki tua itu. Anton hanya menggelengkan kepala. “kau punya ayah?”Tanya laki – laki itu lagi dan anton malah menggelengkan kepala. “lalu,kau punya ibu??kalaw kau menggelengkan kepala lagi berarti kau yatim piatu!”.anton kembali menggelengkan kepalanya. “sudahlah,hidup ini memang berat bahkan untuk anak kecil sepertimu. Ngomong – ngomong sekarang kau lebih wangi dari kemarin,kau sudah mandi ya?baguslah!”sindir laki – laki itu menghibur anton. “he..” anton tertawa mendengar sindiran laki – laki itu.
 Hujan mengguyur tanah. Langit kelam seakan tuhan murka pada saiful yang mencampakan anaknya. Saiful semakin resah memikirkan anaknya,namun ia tak tahu harus bagaimana. 1 jam,2 jam,sampai 5 jam saiful menunggu anaknya yang belum pulang juga.Saiful bahkan lupa sejak pagi ia belum makan. Tak terasa hari sudah malam dan saiful tertidur di kursi ruang tamu.Hujan terus turun tak berhenti. Antonpun pulang dengan keadaan basah kuyup,ia lekas membawa piring dan menyediakan ayahnya makan, di taruhnya makanan di depan ayahnya yang sedang tertidur,anton tak berani membangunkan ayahnya karena takut ayahnya marah. Karena lelah anton tidur di dapur ditemani kayu bakar dengan menggunakan pakaian basah. Ya…bagaimana lagi pakaian anton hanya satu – satunya.
Adzan subuh kembali membangunkan Anton. Ia lekas pergi dengan pakaian lembab. Anton berjalan pelan agar ayahnya tidak terbangun. Setelah sampai di luar rumah, Antonpun berlari.
Saiful terbangun,di lihatnya sepiring makanan. Ia langsung berdiri,dan mencari anton. Namun,sayang anton sudah pergi kerja. Saiful menangis menyaksikan pengorbanan anaknya itu. Ia semakin frustasi karena sudah hampir 2 hari tak melihat wajah anaknya yang masih berumur 10 tahun itu. Saifulpun memakan makanan yang Anton siapkan untuknya.
Kali ini Anton pulang sore, Anton pun langsung menyuguhkan Ayahnya makanan lalu membersihkan rumah. Anton menunggu ayahnya pulang, untuk memberikan uang hasil kerja kerasnya selama 3 hari ini. Malampun semakin larut, angin berhembus kencang mengibaskan rambut anton yang sedang menunggu ayahnya di luar. Anton memeluk ke dua lututnya sambil bernyanyi. Terlalu lama Anton menunggu, ia tertidur di luar rumah. “kasian anak itu!”kata para tetangga Anton yang melewati rumahnya. Anton terbangun karena kedinginan, ia cepat – cepat masuk ke rumah. Di lihatnya sepring nasi yang masih utuh, dan keadaan rumah yang tidak berubah. Hal itu menandakan bahwa ayah anton belum pulang. Anton sedih, ia rindu pada ayahnya. Anton pun terlelap tidur di atas tikar bolong.
Saat pagi hari, Anton terbangun. Ia masih melihat sepiring nasi yang utuh. Ayah tak pulang bisik anton. Cepat – cepat Anton berlari untuk bekerja bersama laki – laki tua itu lagi. Sesampainya di tempat biasa, Anton menunggu lelaki itu dengan penuh kesabaran. Matahari semakin naik dan memancarkan sinar hangat yang mengguyur punggung Anton. Baju Anton basah penuh dengan air liurnya. Ini sudah lewat dari jam biasanya lelaki itu tiba, anton mulai resah karena lelaki itu tak kunjung datang. Bosan menunggu, Anton berjalan ke arah biasanya ia mencari sampah. Lalu, Anton teringat dulu ia pernah berpisah dengan lelaki itu di 2 jalan yang berbeda, yang satu arah anton pulang dan yang satunya arah lelaki itu. Anton menyusuri jalan ke tempat laki-laki itu berada, dengan suara terbata – bata anton bertanya pada orang yang ia temui di jalan “la . . la…laki – laki tua pemulung sampah,anda tau?”Tanya Anton. “mungkin maksudmu lingkungan orang pemulung sampah!jalan lah terus nanti juga sampai.”jawab orang yang anton temui di jalan . Akhirnya Anton sampai di lingkungan kumuh. Dilihatnya gerobak yang ia kenali adalah gerobak lelaki tua itu. Anton berjalan menghampirinya.   
      Namun, setelah hampir dekat dengan rumah pemilik gerobak itu anton melihat bendera kuning dan isak tangis wanita. Anton terhenyak,ia mendekati rumah itu lalu  mengintip dari jendela. Betapa kagetnya anton ketika mnyaksikan orang yang membantunya 3 hari ini telah kembali ke sisi Tuhan. Anton menangis lalu pergi berlari . Air mata dan air liur bercampur di baju Anton yang lembab. Setiap orang yang berpapasan dengan Anton menutup hidung dan memalingkan muka karena jijik melihat Anton.
Anton terus berlari. Setelah sampai di rumahnya anton kembali kaget, karena di depan rumahnya sudah banyak polisi yang mengobrak – abrik rumah Anton. “ke…kenapa?”Tanya anton pada salh satu polisi. “Ayahmu memukul tetanggamu sendiri dan ia telah memanfaatkan mu untuk mencari uang, ayahmu sekarang di tahan di kantor polisi. Jadi kau tidak usah khawatir,sekarang tak aka nada yang memukulmu lagi.” Jawab polisi itu. Anton semakin teriris, ia tak tau harus berbuat apa. Ia sayang pada ayahnya, ia tak mau ayahnya pergi, tapi anton tak tau harus berbuat apa. “Sudahlah anak bodoh tak usah menangis,kau harusnya bahagia ayahmu tidak akan memukulmu lagi!” ucap Lusi  tetangga anton itu.
Anton menghiraukan perkataan wanita itu. Anton memilih diam dan menonton aksi polisi yang mengobrak – abrik rumahnya. Iya pak polisi,aku di tampar oleh saiful. Entah karena alas an yang jelas ia tiba-tiba marah dan menamparku! Ucap Lusi pada polisi. Anton menguping pembicaraan Lusi dan polisi. “a…aku…i…ingin…ke…te….ketemu …a…yah!” pinta anton  kepada polisi yang memotong pembicaraan lusi dan polisi. “Jangan nak, sebaiknya kau diam saja”jawab polisi itu.  Anton menangis dan mengamuk untuk bertemu dengan ayahnya, anton memukul – mukuli si polisi dan membanting perabot rumahnya. “baiklah kau akan kami pertemukan dengan ayahmu,tapi itu besok!” ucap polisi yang member janji pada Anton. Anton menganggukkan kepala mengisyarratkan tanda setuju. Setelah polisi selesai menjalankan tugasnya, mereka semua pergi meninggalkan Anton sendiri. Anton termenung mengingat lelaki tua yang menolongnya. Anton merasa sedih karena ia tak sempat mengucapkan terima kasih, bahkan menanyakan nama lelaki tua itu pun Anton tak ingat. Penderitaannya berlanjut ketika mengetahui sang Ayah di penjara. Tak terasa hari sudah malam, anton membereskan uang hasil kerja kerasnya untuk di berikan pada ayahnya besok. Perut Anton terus menggerutu minta asupan makanan, namun Anton menahannya karena ia tak mau uangnya terpakai untuk membeli makanan. Baginya uang itu hanya untuk ayahnya tersayang. Anton tertidur setelah sebelumnya bersenandung lagu ibunya. Bunga tidur menghiasi malam anton, mimpi yang indah. Mimpi yang membuat anton tersenyum riang.
Keesokan harinya, anton terbangun oleh suara ketukan pintu. 2 orang polisi telah menunggu Anton di luar. Anton bergegas mengganti pakaiannya dengan pakaian ayahnya yang sangat gombrang ketika anton kenakan. Kali ini anton sedikit rapi, meski air liur mengalir deras dari mulutnya. “Ayo,kita pergi nak!” ucap ramah sang polisi. Dalam perjalanan Anton riang gembira, ia bernyanyi lagu ibunya. Mobil pun berhenti Anton bergegas keluar dari mobil. Saat Anton keluar dari mobil 3 orang berpakaian sama dan 4 orang anak di kursi roda menyambut kedatangan anton. Anton heran untuk apa ia ada disini. “nah,anton mulai hari ini kau tinggal disini. Baik – baiklah pada guru dan teman – temanmu!”seru polisi pada Anton. Anton tak tau apa yang di maksud polisi itu. Antonpun langsung di beri pakaian layak dan anton diajak mengobrol dengan salah satu orang yang menyambutnya. Anton merasa senang disana. Senyum di wajahnya selalu ia tampilkan. Tak lama polisi itupun pergi meninggalkan Anton. “a…yah?”Tanya anton pada orang yang mengajaknya ngobrol. “ayahmu tak ada!”jawab orang itu. Anton tiba – tiba berdiri dan mengamuk, ia berlari mencari ayahnya. Namun saying anton tak menemukannya. Akhirnya orang itu menjelaskan bahwa Anton sekarang berada di tempat yang nyaman, Anton sekarang berada di SLB tempat anak – anak menderita gangguan mental. Anton tak mengerti apa itu SLB, tapi orang itu menjanjikan anton, bahwa anton akan sering bertemu ayahnya. Maka anton mau tinggal di tempat yang anton tak kenali sebelemunya.
Setiap hari anton bermain dengan para gurunya di SLB. Ia selalu tersenyum, dan setiap 3 bulan sekali Anton diijinkan bertemu ayahnya di penjara. Setiap Anton bertemu saiful, saiful selalu menitihkan air mata. Dan Anton tak akan lupa akan lelaki tua yang membantunya itu, terlebih lagi anton selalu menggambar 4 orang yakni  Saiful yang menggandeng perempuan yang tentunya ibu Anton dan lelaki tua yang memakai topi dan mendorong gerobak dengan senyum di wajahnya dan anton yang  sama-sama mendorong gerobak bersama lelaki tua itu.
  Tamat